Minggu, 26 Januari 2014

Sig dan Data didalam sig



Sig dan Data data di dalam sig

SIG adalah teknologi sistem informasi (teknologi berbasis komputer) yg digunakan untuk memproses, menyusun, menyimpan, memanipulasi dan menyajikan data spasial (yg disimpan dalam basis data) untuk berbagai macam aplikasi
DATA DAN INFORMASI
Data ? ‘ Bahan dasar ’ yang diolah/diproses sehingga menjadi suatu informasi (sesuatu yang punya arti). 
Informasi itu sendiri mungkin saja menjadi data yang diproses untuk keperluan lain. Data ≈ informasi
Data dapat dikumpulkan, disimpan dan dimanipulasi
Sumber data : peta, buku, statistik, buku telp, survey lapangan, komputer dsb.
DATA BER-Georeferensi :
Data ber-georeferensi (geographic reference) adalah data yg dapat diidentifikasi dan mempunyai acuan lokasi berdasarkan sistem koordinat tertentu. Umumnya sistem koordinat yg dimaksud berhubungan dengan sistem proyeksi peta (yg baku – yg sudah dikenal selama ini).
Karena sistem koordinat mempunyai batasan ‘ruang’, maka data ber-georeferensi disebut juga data spasial.
DATA Geografik :
·         Data geografik adalah semua obyek atau unsur geografik (geographic features) baik yg dibawah, diatas dan di permukaan bumi.  Di peta (yg punya geo-referensi), obyek geografik diperlihatkan/digambar dalam bentuk berikut ini (lihat slide berikut):
·
·         Titik (untuk obyek yg memperlihatkan satu lokasi  dalam ruang seperti titik kontrol geodesi, titik tinggi, kota dsb).
·
·         Garis (untuk obyek yang bentuknya linier seperti  sungai, jalan, batas administrasi, dsb).
·Luasan (untuk  obyek  yang bentuknya tertutup   seperti persil, kecamatan, kabupaten, dsb).
·Permukaan/surface (untuk obyek berbentuk 3 dimensi)
KARAKTERISTIK DATA Geografik :
Data geografik (di peta) dapat dikenal berdasarkan :
            # Lokasi dan liputannya/extent  (luas, panjang, tinggi)
            # Karakteristik/atribut nya (diperlihatkan dengan legenda)
            # Hubungan antar obyek
DATA SPASIAL :
Data spasial SIG (disimpan dalam basis data) mempunyai struktur tertentu.
# Struktur ini akan menentukan  tingkat kemudahan penyimpan an, pemanggilan atau melakukan analisis.
Struktur data spasial : Format VEKTOR dan RASTE.
# Lihat Perbedaan dan keuntungan format vektor dan raster
PERBANDINGAN MODEL DATA VEKTOR DAN RASTER
KELEBIHAN   KELEMAHAN
MODEL DATA RASTER
Kelebihan :
Memiliki struktur data yang sederhana.
Mudah dimanipulasi dengan menggunakan fungsi-fungsi matematis sederhana (karena strukturnya sederhana seperti matrik bilangan biasa).
Teknologi yang digunakan cukup murah dan tidak begitu kompleks sehingga pengguna dapat membuat sendiri program aplikasi yang menggunakan citra raster.
Compatible dengan citra-citra satelit penginderaan jauh dan semua image hasil scanning data spasial.
Overlay dan kombinasi data spasial raster dengan data inderaja mudah dilakukan.
Memiliki kemampuan-kemampuan pemodelan dan analisis spasial tingkat lanjut.
Metode untuk mendapatkan citra raster lebih mudah (baik melalui scanning dengan scanner segala ukuran yang sudah beredar luas, maupun dengan menggunakan citra satelit atau konversi dari format vektor).
Gambaran permukaan bumi dalam bentuk citra raster yang didapat dari radar atau satelit penginderaan jauh (landsat, spot, ikonos, dll) selalu lebih aktual daripada bentuk vektornya.
Prosedur untuk memperoleh data dalam bentuk raster (atau citra) lebih mudah, sederhana, dan murah.
Harga sistem perangkat lunak aplikasinya cenderung lebih murah.    
Kelemahan :
Secara umum, memerlukan ruang atau tempat penyimpanan (disk) yang lebih besar di komputer – banyak terjadi redundancy data baik untuk setiap layer-nya maupun secara keseluruhan.
Penggunaan sel atau ukuran grid yang lebih besar untuk menghemat ruang penyimpanan akan menyebabkan kehilangan informasi dan ketelitian.
Sebuah citra raster hanya mengandung satu tematik saja – sulit digabungkan dengan atribut-atribut lainnya dalam satu layer.  Dengan demikian, untuk merepresentasikan atribut-atribut tambahan, juga diperlukan layer(s) baru – timbul lagi masalah redundancy data secara keseluruhan.
Tampilan atau reprentasi, dan akurasi posisinya sangat bergantung pada ukuran pikselnya (resolusi spasial).
Sering mengalami kesalahan dalam menggambarkan bentuk dan garis-garis batas suatu objek (karena itu jarang digunakan untuk penentuan batas-batas administrasi dan tanah milik) – sangat bergantung pada resolusi spasialnya dan toleransi yang diberikan.
Transformasi koordinat dan proyeksi lebih sulit dilakukan.
Metode untuk mendapatkan format data vektor melalui proses yang lama, cukup melelahkan (baik proses dijitasi pada instrumen-instrumen fotogrametri digital, on screen digitizing langsung di layar monitor komputer, maupun proses dijitasi di meja digitizer), dan relatif mahal.
MODEL DATA VEKTOR
Kelebihan :
Memerlukan ruang atau tempat penyimpanan (disk) yang lebih sedikit di komputer.
Satu layer dapat dikalikan dengan atau mengandung banyak atribut sehingga dapat menghemat ruang penyimpanan secara keseluruhan.
Dengan banyak atribut yang dapat dikandung oleh satu layer, banyak peta tematik lain (layer) yang dapat dihasilkan sebagai peta turunannya.
Hubungan topologi dan network dapat dilakukan dengan mudah.
Memiliki resolusi spasial yang tinggi.
Representasi grafis data spasialnya sangat mirip dengan peta garis buatan tangan manusia.
Memiliki batas-batas yang teliti, tegas dan jelas sehingga sangat baik untuk pembuatan peta-peta adminitrasi dan persil tanah milik.
Transformasi koordinat dan proyeksi tidak sulit dilakukan.   
Kelemahan :
Memiliki struktur data yang kompleks.
Datanya tidak mudah untuk dimanipulasi.
Pengguna tidak mudah berkreasi untuk membuat programnya sendiri untuk memenuhi kebutuhan aplikasinya.  Hal ini disebabkan oleh struktur data vektor yang lebih kompleks dan prosedur-prosedur fungsi dan analisisnya memerlukan kemampuan yang tinggi karena lebih sulit dan rumit – pengguna harus membeli sistem perangkat lunaknya karena teknologinya masih mahal.  Prosedurnyapun terkadang lebih sulit.
Karena proses keseluruhan untuk mendapatkannya lebih lama, peta vektor sering kali mengalami out of date atau kadaluarsa.
Tidak compatible dengan data citra satelit penginderaan jauh.
Memerlukan perangkat lunak dan perangkat keras yang lebih mahal.
Overlay beberapa layer(s) vektor secara simultan memerlukan waktu yang relatif lama.

Minggu, 19 Januari 2014

Laporan praktikum perkecambahan


Bab I.
Pendahuluan
Latar belakang.
   Silvikultur merupakan cara-cara mempermudaan hutan secara alami dan buatan, serta pemeliharaan tegakan sepanjang hidupnya. Termasuk kedalam sivikultur ialah pengetian tentang persyaratan tapak atau tempat tumbuh pohon perilakunnya terhadap berbagai intensitas cahaya matahari, kemampuannya untuk tumbuh secara murni atau campuran, dan hal-hal lain yang mempengaruhi pertumbuhan pohon. Jadi sangatlah pentig untuk mengetahui silvikultur masing-masing jenis pohon, sebelum kita dapat mengelolah suatu hutan dengn baik.
Silvikultur dapat dianalogikan dengan ilmu agronomi dan holtikultura di pertanian, karena silvikultur dapat juga membicarakan cara-cara membudidayakan tumbuhan,dalam hal pohon – pohon hutan . Dalam pengertian lebih luas , silvikultur dapat disebut Ilmu pembinaan hutan, dengan ruang lingkup mulai dari pembijian , persemaian, penanaman lapangan, pemeliharaan hutan, dan cara-cara permudaannya.
Untuk itu, seorang ahli sivikultur perlu mempelajari berbagai ilmu dasar yang mendukungnya, misalnya ilmu tanah, ilmu iklim, ilmu tumbuhan (botani) ,dendrologi, fisiologi, genetika, serta ekologi. Sekarang, ahli silvikultur pada hakikatnya adalah seorang pemraktek ekologi. Kita menanam dan memelihara hutan, tidaklah hanya untuk dikagumi keidahannya, tetapi yang utama untuk dapat memanfaatkan hutan secara lestari. Dengan demikian ,aspek ekonomi termasuk kedalam pengertian sivikultur sejak dini. Meskipun demikian, alam tetap merupakan guru kita yang tebaik. Karena itu kaidah-kaidah dalam hukum alam harus selalu diperhatikan. Hal ini sangat terlihat bika kita hendak membangun hutan tanaman, dan menggunakan jenis pohon asing yang didatangkan dari luar kawasan , atau dari luar negeri.
Sementara penulis, seperti Baker (1950) dan Hawley and Smith (1962), membagi ilmu silvikultur atas dua bagian, yaitu silvik dan silvikultur. Demikian pula pembagian tersebut dapat diartikan sebagai dasar teori silvik dan penerapan praktek silvikultur. Tanpa memahami dasar teori, memang sulit untuk mengembangkan penerapan sivikultur di lapangan. Dengan uraian diatas, maka sekarang dapat diberikan batasan pengertian atau definisi istilah-istilah yang digunakan. Silvik ialah ilmu yang mempelajari sejarah hidup dan ciri-ciri umum pohon dan tegakan hutan dalam kaitannya dengan factor-faktor lingkungannya. Silvikultur ialah ilmu dan seni menghasilkan dan memelihara hutan dengan menggunakan pengetahuan silvik untuk memperlakukan hutan serta mengendalikan susunan dan pertumbuhannya.
Teknik penyemaian secara langsung juga dapat memanfaatan cabutan anakan alam (wildling). Benih yang jatuh di lantai hutan mudah berkecambah dan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bibit. Pencabutan sebaiknya setelah turunhujan dengan cara mencabut bagian leher akar untuk menghindari kerusakan daerahperakaran. Pada lokasi persemaian yang tergolong jauh sebaiknya memprakondisikanwildling/cabutan di bungkus dalam karung basah atau pelepah pisang serta dapatmenggunakan ice box. Tujuannya adalah menjaga kesegaran cabutan dan menjagakelembapan selama pengangkutan dan kalau perlu di siram selama 4-6 jam sekalidengan air bersih. Cabutan di bentuk dengan memotong 2/3 daun, untuk mengurangipenguapan daun akar yang terlalu panjang di bentuk untuk memudahkan penyemaiandi kantong plastik.
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.
Keuntungan menggunakan polybag diantaranya yaitu biaya lebih murah untuk pembelian polybag dibandingkan pot, mudah dalam perawatan, pengontrolan/pengawasan per individu tanaman lebih jelas untuk pemeliharaan tanaman seperti serangan hama/penyakit, kekurangan unsur hara, tanaman terhindar dari banjir, tertular hama/penyakit, polybag mampu ditambahkan bahan organik/pupuk kandang sesuai takaran, menghemat ruang dan tempat penanaman, komposisi media tanam dapat diatur, serta nutrisi yang diberikan dapat langsung diserap oleh akar tanaman.
Adapun kerugiannya adalah benda bermaterial plastik menyisakan masalah bagi lingkungan. Selain itu, kelemahan menggunakan polybag adalah polybag mempunyai daya tahan terbatas (maksimal 2-3 tahun) atau 2-3 kali pemakaian untuk media tanam, kurang cocok untuk usaha skala besar, produktivitas tidak maksimal dibandingkan pada lahan, media tanam akan terkuras/berkurang unsur organik dan media lainnya. Kebanyakan polybag terbuat dari polyethylene yang merupakan produk dari industri minyak bumi. Tidak hanya ada masalah dengan daya urai kantong plastik ini, tetapi juga masalah bahan kimia yang dilepaskan sebagai bagian dari proses pembusukan, organo-chlorine (sangat beracun), methane (gas rumah kaca yang memberikan kontribusi untuk pemanasan global) dan nitrous oxide
Skarifikasi benih merupakan perlakukan pendahuluan terhadap benih, sehingga benih akan cepat berkecambah secara optimal. Ada benih yang mampu tumbuh tanpa skarifikasi, tetatpi ada pula yang memerlukan skarifikasi, baru dapat tumbuh. Skarifikasi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu skarifikasi fisik, skafifikasi kimia, dan skarifikasi fisiologis untuk menentukan tipe skarifikasi yang tepat, tentunya harus dicermati sifat-sifat dari suatu benih. Suatu benih dapat mengalami dormansi yaitu suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.
Persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan.  Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian.
Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu. Pemindahan/penanaman bibit berupa semai dari persemaian ke lapangan dapat dilakukan setelah semai-semai dari persemaian tersebut sudah kuat (siap ditanam).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan penulisan laporan praktikum ini adalah sebagai hasil dari praktikum perkecambahan yang telah kami lakukan.
Bab II.
Tinjauan pustaka.
Perkecambahan  merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.
Proses perkecambahan
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji melunak. Proses ini murni fisik.
Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat. Berdasarkan kajian ekspresi gen pada tumbuhan model Arabidopsis thaliana diketahui bahwa pada perkecambahan lokus-lokus yang mengatur pemasakan embrio, seperti ABSCISIC ACID INSENSITIVE 3 (ABI3), FUSCA 3 (FUS3), dan LEAFY COTYLEDON 1 (LEC1) menurun perannya (downregulated) dan sebaliknya lokus-lokus yang mendorong perkecambahan meningkat perannya (upregulated), seperti GIBBERELIC ACID 1 (GA1), GA2GA3GAIERA1PKLSPY, dan SLY. Diketahui pula bahwa dalam proses perkecambahan yang normal sekelompok faktor transkripsi yang mengatur auksin (disebut Auxin Response Factors, ARFs) diredam oleh miRNA.
Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup lunak bagi embrio untuk dipecah.
Tipe perkecambahan
Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri dan jagung. Pada epigeal hipokotillah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah. Perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang hijau dan jarak. Pengetahuan tentang hal ini dipakai oleh para ahli agronomi untuk memperkirakan kedalaman tanam.
Fisiologi Perkecambahan
Embrio yang tumbuh belum memiliki klorofil, sehingga embrio belum dapat membuat makanan sendiri. Pada tumbuhan, secara umum makanan untuk pertumbuhan embrio berasal dari endosperma. (Istamar Syamsuri, 2004)
Perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air ke dalam sel-sel. Proses ini merupakan proses fisika. Masuknya air pada biji menyebabkan enzim aktif bekerja. Bekerjanya enzim merupakan proses kimia. Enzim amilase bekerja memecah tepung menjadi maltose, selanjutnya maltose dihidrolisis oleh maltase menjadi glukosa. Protein juga dipecah menjadi asam-asam amino.  Senyawa glukosa masuk ke proses metabolisme dan dipecah menjadi energi atau diubah menjadi yang senyawa karbohidrat yang menyusun struktur tubuh. Asam-asam amino dirangkaikan menjadi protein yang berfungsi untuk menyusun struktur sel dan menyusun enzim-enzim baru. Asam-asam lemak terutama dipakai untuk menyusun membrane sel. 
Perkecambahan biji berhubungan dengan aspek kimiawi. Proses tersebut meliputi beberapa tahapan, antara lain imbibisi, sekresi hormon dan enzim, hidrolisis cadangan makanan, pengiriman bahan makanan terlarut dan hormon ke daerah titik tumbuh atau daerah lainnya, serta asimilasi.
Proses penyerapan cairan pada biji (imbibisi) terjadi melalui  mikropil. Air yang masuk ke dalam kotiledon menyebabkan volumenya bertambah, akibatnya kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya menyebabkan pecahnya testa.
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Upafamili:
Genus:
Spesies:
A. pavonina
Adenanthera pavonina
Saga pohon (Adenanthera pavonina) adalah pohon yang buahnya menyerupai petai (tipe polong) dengan bijinya kecil berwarna merah. Tumbuhan ini berasal dari Asia Selatan namun sekarang telah tersebar pantropis.
Saga pohon umum dipakai sebagai pohon peneduh di jalan-jalan besar. Tumbuhan ini juga mudah ditemui di pantai. Daunnya menyirip ganda, seperti kebanyakan anggota suku polong-polongan lainnya.
Dahulu biji saga dipakai sebagai penimbang emas karena beratnya yang selalu konstan. Daunnya dapat dimakan dan mengandung alkaloid yang berkhasiat bagi penyembuhan reumatik. Bijinya mengandung asam lemak sehingga dapat menjadi sumber energi alternatif (biodiesel). Kayunya keras sehingga banyak dipakai sebagai bahan bangunan serta mebel.
Kegunaan
Pokok Saga juga digunakan sebagai pokok perubatan. Ia biasa terdapat di Asia Tenggara dan Malaysia dan tersebar luas dikebanyakan kepulauan tinggi di Pasifik Selatan dan kawasan tropika lain di dunia.
Kegunaan tradisi pokok Saga adalah kulit kayunya digunakan bagi merawat kusta - tradisi di Kepulauan Solomon. Kegunaan aktif biologinya adalah sebagai agen anti-bakteria menurut buku Perubatan Tumbuhan dalam South Pacificby the World Health Organization.
Biasanya pokok ini tumbuh sepanjang jalan sungguhpun ia biasa terdapat di kawasan hutan terbuka kering biasa. Pokok saga biasanya gemarkan tanah neutral atau agak berasid tetapi ia mudah menyesuaikan diri dan tumbuh dikebanyakan tanah lembab di kawasan cuaca tropika bermusim. Biasanya, ia tumbuh di kawasan tropika tanah rendah antara 300 - 400 m, tetapi pertumbuhan optima pokok bergantung kepada kelembapan kawasan - kelembapan optima antara 3000 - 5000 nm.
Pokok Saga mampu tumbuh setinggi 15 - 20 kaki. Ia biasanya berdahan lebat dengan banyak daun di pucuk. Ia memiliki daun bipinnate dengan 3 - 6 set pinnae, dan jambak 5 bunga berpisah. Kelopak bunga dan benang sari pohon umumnya bewarna putih kekuningan, dan daun kecil tipis dengan permukaan atas kesat dan permukaan bawah hijau kebiruan. Ia menghasilkan buah berkelongsong yang membengkok dan pecah apabila matang. Kekacang mengandungi sejumlah biji-benih kecil merah darah yang keras, dan bunga dan buah Saga pada umumnya terdapat sepanjang tahun. Biji dari pokok Saga berwarna merah terang. Polong matang akan kekal di pohon untuk jangka panjang - kadang-kadang sehingga musim bunga berikutnya sebelum jatuh. Bunga-bunga ini memiliki sedikit aroma. Kulit pokok Saga digunakan untuk merawat kusta biasanya yang lembut, putih dan berserat.
Bab III.
Hasil dan Pembahasan.
Hasil :
Berdasarkan hasil pengamatan benih yang kami amati perkecambahannya dari 50benih di dapat data sebagai berikut :
No
Hari ke
Jumlah kecamba
1
6
4
2
7
3
3
8
8
4
10
12
5
12
11






Pengukuran tinggi benih yang telah berkecambah,diukur 6 hari satu kali melakukan pengukuran didapat hasil sebagai berikut :
No
Sampel
Hari ke
Pengukuran ke
Tinggi (pengukuran 1,2,,--) (cm)
1
1
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3),(7),(9),(12),(15)
2
2
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(2),(5),(8),(11),(13)
3
3
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(2,6),(4,9),(8),(11,5),(14)
4
4
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3,1),(7,5),(10),(13),(16)
5
5
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3),(6,7),(8,6),(11),(14)
6
6
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3,6),(8),(10,7),(13),(16,8)
7
7
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(2),(5),(8,3),(11,8),(14)
8
8
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3,2),(7,8),(10,7),(14),(16,7)
9
9
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3,7),(8,6),(11),(14),(17,3)
10
10
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(2,3),(5,3),(8),(10,6),(13,5)
11
11
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(2),(5),(8),(11),(13)
12
12
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3),(6,7),(8,6),(11),(14)
13
13
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3,2),(7,8),(10,7),(14),(16,7)
14
14
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(2),(5),(8,3),(11,8),(14)
15
15
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(4,1),(7,6),(11),(14,6),(18,1)
16
16
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(1,8),(4),(6,2),(9,7),(12,7)
17
17
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3),(7),(9,3),(12,8),(14,6)
18
18
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3,2),(5,8),(8,7),(11,8),(15)
19
19
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(2,8),(5),(7,3),(12),(15)
20
20
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(4,7),(8),(11,3),(14,8),(17,6)
21
21
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3,1),(5),(9,3),(11,6),(14,2)
22
22
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3,8),(7,2),(11,4),(14,5),(18)
23
23
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(4,4),(7,8),(12,3),(15,6),(19)
24
24
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(4),(7),(11),(13,6),(17,1)
25
25
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(5,5),(8,7),(13,8),(18),(20)
26
26
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3,5),(7,2),(10,3),(13,6),(16,1)
27
27
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3,2),(5,8),(8,7),(11,8),(15)
28
28
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3,1),(5),(9,3),(11,6),(14,2)
29
29
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(1,7),(3,8),(6),(9),(12)
30
30
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(5,5),(8,7),(13,8),(18),(20)
31
31
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(2,8),(4,7),(8),(11,3),(14)
32
32
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3,1),(5),(9),(11,8),(14,6)
33
33
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3,6),(5,9),(9),(12,7),(16,5)
34
34
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3,8),(5,6),(8,6),(12),(15,7)
35
35
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(4,1),(7,6),(10,7),(14,5),(17)
36
36
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3,6),(6),(8,4),(12,),(16)
37
37
1,7,13,18,25
1,2,3,4,5
(3,7),(7,3),(9),(12,5),(15,6)
Pembahasan.
       Pertumbuhan awal tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Biji mengandung potensi yang dibutuhkan untuk tumbuh menjadi individu baru, misalnya embrio, cadangan makanan, dan calon daun (calon akar). Sebutir biji mengandung satu embrio. Embrio terdiri atas radikula (yang akan tumbuh menjadi akar) dan plumula (yang akan tumbuh menjadi kecambah). Cadangan makanan bagi embrio tersimpan dalam kotiledon yang didalamnya terkandung pati, protein dan beberapa jenis enzim. Kotiledon dikelilingi oleh bahan yang kuat, disebut testa. Testa berfungsi sebagai pelindung kotiledon untuk mencegah kerusakan embrio dan masuknya bakteri atau jamur ke dalam biji. Testa memiliki sebuah lubang kecil, disebut mikropil. Di dekat mikropil terdapat hilum yang menggabungkan kulit kotiledon.
Benih ditabur pada bedeng tabur,kelembaban harus teratur,hal ini berpengaruh terhadap cepat lambatnya perkecambahan benih,dari data di atas kita dapay menghitung  presentase perkecambahan,presentase perkecambahan perhari,presentase dormansi benih dan rata-rata tinggi semai.
Ø Presentase perkecambahan
Presentase perkecambahan = jumlah benih yang berkecambah/jumlah benih semua. * 100
                                            = 38/50 * 100
                                            = 76 %
Ø Presentase perkecambahan per-hari.
Hari ke 6 :
Presentase perkecambahan per-hari = jumlah kecambah hari/jumlah benih keseluruhan * 100
                                                         = 4/50 * 100
                                                         = 8%
Hari ke 7 :
Presentase perkecambahan per-hari = 3/50 *100
                                                         = 6%
Hari ke 8 :
Presentase perkecambahan per-hari = 8/50 *100
                                                         = 16%
Hari ke 10 :
Presentase perkecambahan per-hari = 12/50*100
                                                         =24 %
Hari ke 12 :
Presentase perkecambahan per-hari = 11/50*100
                                                         = 22% 
Ø Presentase dormansi benih.
Presentase dormansi benih = jumlah benih yang tidak berkecambah/jumlah semua benih*100
                                           = 12/50*100
                                           = 24%
   Dari perhitungan hasil pekecambahan di atas,presentase perkecambahan benih saga sangat baik yaitu 76 %,dan dormansi dari benih saga 24%.
Rata-rata tinggi semai.
Ø Rata-rata tinggi semai pengukuran terakhir 
= jumlah keseluruhan tinggi semai pengujuran terakhir/jumlah semai.
=15+13+14+16+14+16,8+14+16,7+17,3+13,5+13+14+16,7+14+18,1+12,7+14,6+15+15+17,                   6+14,2+18+19+17,1+20+16,1+15+14,2+12+20+14+14,6+16,5+15,7+17+16+15,6 / 37
= 576/37
=15,6cm.
Dari perhitungan rata-rata tinggi semai dari 37 sampel,dengan tinggi 12cm-20cm,didapatt tinggi rata-rata yaitu 15,6cm.
Bab IV.
Kesimpulan dan Saran.
Ø Kesimpulan :
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
     Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji melunak.
   Perkecambahan memerlukan lingkungan yang lembab yang memudahkan air masuk ke dalam benih,untuk merangsang pertumbuhan kotiledon.
Ø Saran :
      Silvikultur merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa kehutanan, untuk itu dibutuhkan praktikum agar dapat menunjang pengetahuan mahasiswa. Dan setelah melakukan praktikum ini, banyak terdapat kekurangan yang kedepannya dibutuhkan perbaikan supaya kelak praktikum silvikultur lebih efisien dan efektif. Saran kami pada praktikum silvikultur ini, alat-alat untuk praktikum harus dilengkapi dan saat praktikum mahasiswa lebih serius lagi mengikuti praktikum dan akan lebih baik sebelum praktikum dilaksanakan mahasiswa dapat membagi tugas, supaya ketika dilapangan mahasiswa dapat bekerja sesuai dengan pembagian tugas yang telah disepakati.